Sunday, 20 November 2016

Tangisan Kedewasaan Adek Saat Di Khitan

Antara mau dan tidak saat adek di tawari untuk khitan atau sunat
"Sakit nggak yah" tanya adek.
"Nggak sakit lah , kalau sakit juga sedikit " jawab ku
"Seperti di gigit semut kah ?....kalau semutnya satu ember bisa sakit beneran yah.." tanya dan jelas adek lagi

Aku hanya senyum-senyum saja menanggapinya, umur adek saat ini belum genap 4 tahun kurang beberapa hari lagi, memang kalau di lihat masih terlalu kecil bagi anak seukuran nya untuk di khitan karena di tempat tinggal kami pun ada anak yang hampir berumur 10 tahun yang belum berkhitan.

Iming-iming hadiah terlontar dari bibir ini seandainya adek mau berkhitan, karena kebetulan teman di tempat kerja yang lama menawarkan program khitan massal yang mencari anak-anak di seputaran tempat tinggal ku, di mana khitanan ini salah satu rangka kegiatan bakti sosial saat peringatan ulang tahun kantor tempat dia bekerja.

"Kalau adek berani berkhitan nanti ayah beli mainan excavator yang bisa bergerak" ucapku
"janji yah.... excavator yang pake remote yang bisa bergerak " jelas adek
"Iya ..... yang penting berani sunat dulu" ucapku lagi

Mendengar penjelasan tersebut adek merasa sangat senang karena dengan sunat bakal dapat hadiah mainan excavator yang di idam-idamkannya. Saat hari H bersama beberapa anak peserta khitanan masal yang ikut didalam mobil bersamaku termasuk sepupu juga ikut, adek terlihat tentang sambil memainkan game di hp bunda.

Suasana lumayan ramai banyak kegiatan lain yang di selenggarakan oleh perusahaan ini selain panggung hiburan, bazar, games dan beberapa kegiatan lainnya. Untuk sunatan masal sendiri di adakan di gedung tepat di sebelah kantor yang mengadakan kegiatan ini.

Jerit tangis anak-anak terdengar sampai keluar, malahan ada anak-anak yang berlari menggunakan sarung agar tidak mau di sunat, melihat itu semua muka adek tampak kecut dan pucat tetapi di simpan di balik asiknya bermain game, sekitar 15 menit menunggu giliran adek yang di panggil, dan kejadian..... adek menangis dengan keras, menjerit dan meronta, bunda, ayah dan teman ayah yang merupakan pegawai perusahaan tersebut  ikut memegangi adek biar tidak meronta.

Hanya sebentar khitanan pun selesai, tetapi tangis adek tidak berhenti  sakit kata adek, bunda terus berusaha menenangkan adek agar tidak terus menangis, akhirnya adekpun ku antar terlebih dahulu ke rumah biar bisa beristirahat, adek mulai tenang saat sampai kerumah dan langsung berbaring di kasur.

Akupun kembali lagi ke tempat acara sunat masal masih banyak anak-anak yang ikut dengan ku tadi harus ku jemput, sepupu adek pun terlihat berlari tidak mau di sunat, sehingga terjadilah kejar-kejaran untuk mengkap sepupu adek tersebut.

Semoga ini menjadi salah satu jalan kedewasaan mu dek, khitan ini merupakan kewajiban di dalam agama kita, semoga kebersihan yang kita lakukan hari ini dengan khitan dapat membentuk ibadahmu yang bersih juga.

Sunday, 30 October 2016

Festival Kopi Al-Munawar Di Kampung Arab Yang Menjadi Destinasi Wisata


Gerbang Masuk Festival Kopi di Kampung Arab Al-Munawar 13 Ulu Palembang
Saat pelaksanaan festival kopi di kampung Al-Munawar kamipun menyempatkan untuk mampir sekedar melihat acara dan berkunjung ke rumah-rumah yang ada di kawasan kampung arab ini. Acaranyapun bertepatan dengan hari libur dan sangat dekat dengan tempat belajar ayuk, setelah makan siang dan sholat zuhur kamipun mulai memulai petualangan di sini , di mana saat memasuki gerbang festival kopi Al-Munawar ini kondisi kampung ini memang lebih canttik di bandingkan pernah melakukan liputan di tahun 2008 tentang kampung arab ini, rumah pun sudah di cat dengan warna yang menarik, Ayuk yang sempat penasaran untuk memasuki rumah yang ada di kampung tersebut, dimana sering di jadikan tempat cawisan dan maulid. 

Kampung Arab yang berada di Palembang terletak di sepanjang Sungai Musi, baik di bagian Ilir, maupun yang di bagian Ulu, yang tepatnya berada di Lorong Asia dan kampung Sungai Bayas, Kelurahan Kotabatu, Kecamatan Ilir Timur 1; Lorong Sungai Lumpur di Kelurahan 9-10 Ulu, Kemudian di Lorong BBC di Kelurahan 12 Ulu, Lorong Almunawar di Kelurahan 13 Ulu, Lorong Al-Hadad, Lorong Al-Habsy dan Lorong Al-Kaaf di Kelurahan 14 Ulu, dan Kompleks Assegaf di Kelurahan 16 Ulu. Dalam masyarakat tersebut terdapat beragam paham yang berkembang. Diantaranya, Assegaf, Al-Habsy, Al-Kaaf, Hasny,Syahab (Shyhab), dan sebagainya. Secara Administratif, situs-situs yang berda di kawasan seberang ulu tersebut termasuk dalam wilayah Kecamatan Seberang Ulu II. Meski paham yang mereka anut tersebut berbeda-beda, sebagian besar dari mereka masih bersaudara.

Al-Munawar sendiri merupakan perkampungan keturunan Arab yang ada di Kota Palembang khususnya di kawasan 13 ilir, yang memiliki budaya dan perkampungan khas yang masih lestari bahkan umurnya sudah berabad - abad yang terintegrasi dengan keindahan Sungai Musi.


Banyak kegiatan yang di laksanakan seperti workshop penyajian kopi, workshop pemanfaatan limbah kopi, bazar kedai dan produsen kopi Sumatera Selatan, melukis menggunakan medium kopi. Pembagian 1000 cangkir kopi secara gratis pun membuat kegembiraan tersendiri bagi pengunjung.

Sebagai destinasi wisata kitapun kami bisa mengunjungi rumah rumah yang ada di perkampungan ini, dengan hanya membayar ticket seribu Rupiah per orang, bisa melihat detail dari rumah yang berdiri sudah ratusan tahun ini.

Lumayan juga perjalan hari ini di kampung Al-Munawar cukup menambah pengatahuankami akan salah satu keragaman budaya dan etnis yang ada di kota Palembang ini.

Salam Cangkir Kopi

Kakak & adek dengan latar lukisan dari ampas kopi
Poster kopi

Ticket masuk, kalau ada maulid nabi sih masuknya gratis hehehhee

Ayuk penasaran ingin berfoto di rumah tinggu ini, karena cerita ayah yang sering pergi maulid ke sini

Keep smile kakak, background Musolah Al-Munawar

Bunda dan ayuk di rumah batu, pintu ruang tengahnya besar banget...

Monday, 19 September 2016

Sesaat Sebelum Pulang Ke Pondok Bersama Kijang



Pose 3 saudara di dalam mobil kijang saat mengantar ayuk kembali ke pondok pesantern di kawsan 13 ulu. (19 Sept 2016 ).

Saturday, 17 September 2016

Di Lantai 4 Palembang Square


Setelah mendapatkan izin dari pihak pondok pesantren tempat ayuk belajar agar bisa pulang kerumah maka kamipun langsung meluncur kembali ke rumah, tetapi saat melintasi Palembang Square salah satu mall di kota ini ayukpun berucap.
"Yah... kita kesana sebentar main sekalin cuci mata" kata ayuk sembari menunjuk ke arah PS yang di aminkan oleh kakak dan adek.
"Gimana bun?"tanyaku ke bunda
"Udalah mampirlah barang sebentar"jawab bunda

Akhirnya aku mengarahkan mobilku ke parkiran PSX yang dulunya merupakan halaman dari stadion bumi sriwijaya, setelah parkir kamipun mulai berjalan ke arah palembang square, dari lantai satu, dua dan berikutnya. Ayuk sangat senang padahal baru beberapa bulan tinggal di pondok seperti sudah beberapa tahun tidak keluar rumah.


Sesampai di lantai 4 yang merupakan lantai baru di mall ini , banyak terpampang banner dengan gambar icon negara luar, seperti gedung opera sidney ataupun gambar piramida gaza yang terkenal itu, ayukpun beberapa kali berpose di gambar-gambar tersebut.

Setelah selesai ber swafoto dan menuju arena permaiana, karena adek sudah terlebih dahulu bermain dengan mobil-mobilan battre yang bisa di setir sendir, kakak dan ayukpun tidak mau kalah mereka minta bermain two wheels scooter merupakan permainan keseimbangan dengan menaiki alat yang memiliki 2 roda, yang kendalinya hanya dengan menggoyangkan badan kita.

Dengan tarif 25 ribu per orang cukup lama juga mereka bermain, malahan kakak bisa melaju kencang dan menaiki tanjakan, akhirnya setelah menyudahi permaian es krim dan sosis bakar jumbo menjadi santapan kami sebelum kembali kerumah.

Sunday, 14 August 2016

Kembali Ke Pondok dengan Perahu Ketek

Pergilah menuntut ilmu nak, semoga Allah memberkahimu
Memang untuk pergi ke pondok pesantren ayuk yang ada di kawsan seberang ulu ini, lebih cepat jika menggunakan perahu ketek karena tidak sampai 5 menit kita sudah bisa berada di belakang pondok jika di bandingkan dengan menggunakan kendaraan bermotor yang harus melalui jembatan Ampera yang bisa memakan waktu lebih lama. Dengan ongkos 5 ribu perorang dan gratis untuk anak-anak menjadikan transportasi ini di pilih sebagian warga Palembang untuk menyebrang baik dari seberang ilir ke seberang ulu ataupun sebaliknya.

Rute penyebrangan menggunakan perahu ketek

Sunday, 22 May 2016

Ice Rink Opi Mall, Meluncur Seperti Pebalet Di Atas Lantai Lilin


Ayuk yang berteriak-teriak takut jatuh karena masih belum bisa bermain ice skating terus di goda oleh kakak yang sudah lebih dahulu bisa, karena kalau jatuh lumayan sakit. Dengan ticket yang lagi promo 25 ribu perorang, lumayan senang untuk mencoba permainan baru yang hanya ada di Opi mall Jakabaring ini, tapi jangan di bayangkan kalau lantainya terbuat dari es seperi di mall taman anggrek Jakarta ya, kalau yang ini seperti terbuat dari lilin, sehingga tidak perlu menggunakan pakaian tebal jika bermain di sini.

Kakak yang memang sudah bisa terlebih dahulu karena sudah bisa bermain roller blade nya, tidak terlalu kendala bagi kakak untuk meluncur di ice rink, tetapi bagi ayuk harus menggunakan alat bantu dorong yang menurut kakak seperti kakek-kakek tua.



Bermain di lantai atas OPI Mall memang menyajikan wahana sendiri dan saat ini masih satu-satunya di Palembang, walaupun lantainya masih menggunakan lilin, tetapu cukup menghibur bagi pengunjung, di tambah lagi banyak both makanan yang bertebaran di sekitar wahana permainan ini.

Tetapi jangan jika ingin memaninkan permainan ini jangan lupa untuk membawa kaos kaki ya karena, jika tidak membawa kaos kaki kita harus membeli seharga 10 ribu per pasang atau kita tidak bisa bermain.